Membangun kesadaran jutaan umat manusia agar lebih “melek” pada urusan pencegahan narkotika harus ditempuh dengan kreativitas berkekuatan penuh. Indonesia, sebagai salah satu gudangnya anak-anak kreatif memberikan pandangan besar tentang pentingnya mengedepankan aset kreativitas untuk mencetus sejuta bentuk atau wajah pencegahan, agar bisa sampai merasuk ke jiwa kawula muda, komunitas perempuan dan para netizen.
Dalam urusan hal ini, Indonesia boleh berbangga hati, karena sudah banyak aneka cara yang tercipta agar gaung pencegahan itu terlihat gegap gempita. Di pentas internasional , dalam sebuah working group khusus mengenai upaya prevensi, semua negara di Asean mengamini dan memberikan jempol untuk inisiasi Indonesia dalam hal menggali drug prevention creativity, terutama untuk agar bisa menggugah para kawula muda, perempuan dan netizen dalam rangka mengoptimalkan daya dan potensi mereka dalam pencegahan penyalahgunaan bahaya narkoba.
Tiga Sektor Utama Jadi Sasaran Fokus Preventif
Berbicara soal remaja atau kawula muda, tentu kalangan ini menjadi salah satu unsur penting karena usia remaja adalah usia yang penuh dengan banyak keingintahuan, baik mengenai dirinya, lingkungan sekitarnya dan tentunya ingin tahu tentang narkoba.
Remaja yang memiliki pengetahuan dan percaya diri serta mimpi di masa depan, dapat saja berubah menjadi buram masa depannya karna terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.
Akan tetapi, jika remaja kita bekali dengan informasi dan kita mendukung mereka untuk berbagi informasi mengenai pencegahan penyalahgunaan narkoba, maka mereka bisa menjadi pionir yang handal dalam upaya pencegahan bahaya penyalahgunaan narkoba bagi remaja-remaja lainnya.
Belum lagi, saat ini remaja banyak disuguhkan dengan gadget yang hanya dengan menyentuhkan jari ke layar, informasi mengenai apapun mudah didapatkan, maka tugas kitalah untuk membantu remaja menentukan langkahnya agar remaja dapat mewujudkan mimpinya di masa depan dan mewujudkan negara Asean yang bebas dari narkoba.
Untuk menangkal ancaman narkoba di kalangan kawula muda, tentu harus didukung dengan semangat para stake holder untuk menyajikan beragam bentuk sarana penyaluran yang kompetitif agar mereka terpacu untuk menggali kreativitas mereka masing-masing.
Sejauh ini, penulis sih melihat, ada beberapa sektor yang masih kurang tergarap, seperti contohnya lomba-lomba yang bernuansa anti narkoba. Ada baiknya jika kementerian-kementerian atau instansi swasta dapat mengalokasikan anggarannya untuk hal-hal yang berbau kompetisi dan itu melibatkan anak muda dengan tagline yang lugas anti narkoba.
Misalnya, pemilihan duta anti narkoba pelajar dengan skala nasional. Selama ini, hanya sejumlah daerah saja yang menggelar hal ini dan levelnya cukup mentok sampai di tingkat kewilayahan kota atau kabupaten.
Atau bisa juga menggelar lomba penulisan anti narkoba yang skalanya nasional pula. Semoga saja ini dapat menjadi pemikiran para stake holder agar bisa mengcreate serangkaian sarana kompetitif agar anak muda juga tertantang untuk mengeksplorasikan bakat dan minatnya. Otomatis jika anak muda itu mengerahkan energinya untuk hal-hal positif seperti di atas, maka tak ada lagi waktu untuk mereka untuk memikirkan narkoba.
Pemberdayaan Perempuan Via PKK
Sementara itu, jika mengupas tuntas soal perempuan, maka kita akan berbicara tentang peran penting perempuan dalam keluarga. Mereka bisa dioptimalkan untuk memberikan keterampilan - keterampilan kepada perempuan lainnya tentang cara berkomunikasi yang baik dengan anak, pola pengasuhan, pengenalan tentang narkoba maupun cara rehabilitasi diharapkan dapat menggerakkan keluarga untuk senantiasa melakukan aktifitas hidup sehat sehari-hari.
Dengan seorang perempuan atau ibu dalam keluarga, diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata untuk peningkatan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dalam keluarga. Indonesia memberikan salah satu contoh dalam working grup pencegahan di depan negara Asean yang lain bahwa Indonesia memiliki PKK, PKK yang merupakan organisasi pemberdayaan kesejahteraan keluarga yang di awaki oleh banyak wanita sangat dapat berpartisipasi aktif untuk mendiseminasikan informasi mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba di lingkungan keluarga dan juga berbagi dengan ibu-ibu lainnya. Banyak cara yang bisa dilakukan seperti dengan memanfaatkan arisan, pengajian maupun kegiatan jumantik yang menjadi salah satu sarana bagi para ibu untuk berbagi, dan inilah yang akan diangkat Indonesia dalam rencana seminar-workshop tentang pemberdayaan wanita dalam upaya pencegahan bahaya penyalahgunaan narkoba yang mengundang para petugas pencegahan di seluruh negara Asean.
Selanjutnya kalangan yang harus bisa disentuh adalah para netizen. Pertanyaannya mengapa harus mereka? dengan menggandeng netizen sebagai garda terdepan dalam upaya pencegahan, diharapkan diseminasi informasi dapat terlihat dengan natural di berbagai media online maupun konvensional dalam menginformasikan mengenai pencegahan bahaya penyalahgunaan narkoba.
Lantas bagaimana agar para netizen juga bisa peduli dengan isu-isu narkoba? Agar mereka tertarik untuk menuliskan isu narkoba, maka para pemangku kebijakan yang menangani narkoba seperti BNN dan Polri harus senantiasa bisa menjadi sumber pemberitaan tentang narkoba, baik dari sisi pencegahan, pemberantasan, rehabilitasi ataupun pemberdayaan masyarakat.
Untuk hal-hal yang berbau pemberantasan seperti penangkapan atau pengungkapan sebuah kasus, tentu tak sulit untuk menjadi bahan pemberitaan. Kadang kita juga sebagai masyarakat cenderung hanya tertarik jika ada kasus-kasus narkoba yang fantastis, entah itu melibatkan aparat, politisi, ataupun artis.
Kita mungkin kurang mendengar atau menghiraukan jika ada berita yang sifatnya hanya pencegahan. Nah paradigma ini yang harus segera bisa diatasi. Syaratnya, ya tentu BNN dan Polri serta instansi lainnya yang bergerak dalam bidang narkoba harus sekreatif mungkin menyajikan sebuah program-programnya sehingga bisa menjadi bahan berita yang ciamik sehingga ketika dikonversikan menjadi produk jurnalistik hasilnya akan menjadi lebih asyik.
Penulis masih ingat ketika pada enam hingga tujuh tahun lalu, ketika acara-acara anti narkoba dikemas dalam ragam kegiatan yang asyik, seperti konser akbar yang melibatkan sejumlah artis papan atas.
Nah spirit kreativitas itulah yang harus senantiasa dinyalakan oleh para pemangku kebijakan. Memang sih, untuk instansi pemerintah kadang menunjukkan kekakuan dalam menggelar kegiatan. Tapi jika didasari spirit dan motivasi yang tinggi untuk menggalang netizen agar mau sinergi, yang pasti harus kaya kreasi dalam konteks acara-acara yang disajikan.
Sebenarnya sih, BNN penulis lihat sudah mulai dinamis dan berusaha keras untuk menghadirkan acara yang kreatif. Penulis ambil salah satu contoh ya, selama beberapa tahun terakhir ini, BNN telah membuat kegiatan pemberdayaan yang boleh dikatakan bisa menjual dari sisi pemberitaan, seperti lomba duta kampus anti narkoba, pelatihan masyarakat anti narkoba dengan berbagai keterampilan dan sederatan kegiatan lainnya yang juga dilakukan di BNN tingkat kabupaten/kota dan juga provinsi.
Sebagai kesimpulan, tentu saja dengan menggerakkan unsur remaja, wanita dan netizen, khususnya dalam upaya pencegahan semua negara Asean berharap upaya pencegahan yang dilakukan dapat lebih dinamis demi mewujudkan komunitas Asean yang bebas dari penyalahgunaan narkoba.