108Jakarta.com - Rehabilitasi bagi para pecandu narkoba sejatinya berbeda-beda, tergantung keparahan dan jenis zat yang digunakan. Meski begitu, sebagian besar pusat rehabilitasi memiliki target yang sama, yakni total abstinence atau putusnya penggunaan zat sama sekali.
Hal ini tidak terlihat di Rumah Singgah PEKA, sebuah pusat rehabilitasi berbasis masyarakat yang ada di kota Bogor. Daripada memaksakan para pecandu untuk melakukan terapi untuk total abstinence, Rumah Singgah PEKA memilih untuk mengedepankan rehabilitasi berbasis keinginan klien dan peningkatan kualitas hidup.
"Kebanyakan tempat rehab di Indonesia ini tujuannya untuk membuat pecandu berhenti pakai narkoba, tapi setelah dia keluar dari rehab tidak dipikirkan, yang nantinya berujung pada mantan pecandu kembali ke lingkungan lama dan akhirnya relapse atau kambuh lagi," tutur Lucky Pramitasari, Program Manager Rumah Singgah PEKA, Jl. Sindang Barang Jero No.50, Bogor Barat, Kota Bogor, baru-baru ini.
Lucky mengatakan Rumah Singgah PEKA hadir sebagai alternatif tempat rehabilitasi. Mengedepankan konsep terapi berbasis klien, Lucky dan konselor lainnya di Rumah Singgah PEKA berusaha membuat kualitas hidup para pecandu meningkat tanpa memaksa mereka untuk menjalani total abstinence.
"Jadi kita lebih ke bagaimana membuat hidup mereka lebih baik. Rehabilitasi juga tetap karena kita kerjasama dengan puskesmas bagi yang menjalankan terapi oral atau pengobatan lainnya. Tetapi selain rehab, kita berikan juga soft skills bagaimana berkomunikasi dan vocational skills untuk pekerjaan," tambahnya wanita lulusan program psikologi klinis Universitas Indonesia ini.
Ditegaskan Lucky, proses rehabilitasi di Rumah Singgah PEKA tidak dipungut biaya sepeser pun. Para klien diberi tempat untuk tidur, makan, bahkan pendidikan soft skills dan keterampilan secara gratis untuk mengembalikan fungsi sosial mereka.
Beberapa soft skills yang diajarkan antara lain kemampuan untuk berkomunikasi dengan keluarga, termasuk orang tua, saudara kandung, istri ataupun anak. Menurut Lucky, kemampuan ini sangat penting karena pecandu biasanya dikucilkan dari keluarga.
Kemampuan soft skills penting untuk mengembalikan fungsi mereka, yang punya anak bisa kembali menjadi ayah dan yang masih ada orang tua bisa kembali menjadi anak," ungkapnya.
Untuk keterampilan, Rumah Singgah PEKA memiliki beberapa usaha, yakni laundry, pertukangan dan sablon. Usaha inilah yang menjadi sumber penghasilan utama untuk menjalankan Rumah Singgah PEKA ketika kekurangan donatur.
Alasan Nama PEKA
Sebagai rumah singgah tempat rehabilitasi pecandu, tentunya ada beberapa hal yang menarik perhatian. Salah satunya adalah alasan mengapa dinamakan Rumah Singgah PEKA.
PEKA sendiri juga merupakan akronim dari Perkumpulan Komunitas Pemulihan Adiksi. Lucky juga mengatakan kata peka dalam bahasa Indonesia memiliki arti sensitif atau mudah merasa. Dengan begitu diharapkan, masyarakat bisa lebih peka dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh korban adiksi.
Pengalamannya sebagai konselor membuat Lucky paham bahwa masalah utama para pecandu adalah hubungan mereka dengan keluarga. Mereka memiliki rasa percaya diri yang rendah sehingga meskipun sudah berubah ke arah yang lebih baik, hal tersebut tidak dianggap sebagai kemajuan.
"Mereka ini tergolong kurang bisa menghargai pencapaian diri sendiri. Jadi prinsipnya all or nothing, kalau nggak kece banget dianggapnya nggak kece. Padahal sebuah kemajuan dari yang sebelumnya terusir dari rumah, akhirnya bisa kembali, meskipun kadang-kadang masih dicurigai. Itu wajar kok," tandas Lucky.
Ke depannya, Lucky berharap model terapi rehabilitasi bagi pecandu narkoba semakin banyak. Karena memang tak bisa dipungkiri, terapi rehabilitasi narkoba tidak bisa disamaratakan untuk semua pecandu.
"Ada yang kenanya di sisi spiritual, ada yang ke komunitas, ada juga yang secara tradisional. Rehabilitasi ini tidak bisa distandarkan jadi satu karena dari awal kliennya juga beda, jenis zat yang dipakai beda dan lama memakainya juga beda," terangnya.
(han)